WHATSAPP

5 Potensi Ancaman Siber di 2024

Oleh: IFCG | 21 Mar 2024

Di era digital saat ini, keamanan siber telah menjadi prioritas utama bagi semua bisnis. Dengan lanskap ancaman yang terus berkembang, menjadi yang terdepan dalam menghadapi ancaman siber sangatlah penting untuk melindungi data sensitif, menjaga kepercayaan pelanggan, dan memastikan kelangsungan bisnis.

Saat kita memasuki tahun 2024, dunia usaha harus mewaspadai munculnya ancaman keamanan siber yang menimbulkan risiko signifikan. Artikel ini membahas 5 ancaman keamanan siber teratas yang dihadapi bisnis pada tahun 2024 dan memberikan saran yang dapat ditindaklanjuti untuk memitigasi risiko ini secara efektif.

 

Serangan Ransomware

Serangan Ransomware menjadi semakin lazim dan canggih dalam beberapa tahun terakhir, sehingga menimbulkan ancaman signifikan terhadap bisnis di seluruh dunia. Tahun lalu saja ada sekitar 1 juta aktivitas ransomware di Indonesia menurut BSSN.

Pada tahun 2024, kita terus melihat peningkatan insiden ransomware, dimana penjahat dunia maya menargetkan organisasi dari semua ukuran dan industri. Serangan-serangan ini melibatkan enkripsi data berharga dan menuntut pembayaran uang tebusan dalam jumlah besar sebagai imbalan atas kunci dekripsi, yang sering kali menyebabkan kerugian finansial yang besar dan kerusakan reputasi.

Untuk memitigasi risiko serangan ransomware, bisnis harus memprioritaskan langkah-langkah berikut:

  • Menerapkan strategi dan solusi keamanan siber yang kuat.
  • Lakukan pencadangan data secara berkala dan pastikan data disimpan dengan aman dan offline untuk mencegah kehilangan data jika terjadi serangan.
  • Terus melatih karyawan tentang bahaya email phishing dan metode pengiriman ransomware umum lainnya, dengan menekankan pentingnya kewaspadaan dan kehati-hatian saat berinteraksi dengan email atau tautan yang mencurigakan.

 

Ancaman Orang Dalam

Ancaman orang dalam, baik yang bersifat sengaja atau tidak disengaja, tetap menjadi kekhawatiran yang terus-menerus terjadi pada dunia usaha pada tahun 2024. McKinsey & Company melaporkan bahwa meskipun akar permasalahan yang berbahaya menyumbang 38% dari ancaman orang dalam, tekanan finansial bertanggung jawab atas 15% ancaman orang dalam. Mulai dari karyawan yang tidak puas hingga orang dalam yang lalai, risiko adanya pihak internal yang membahayakan data atau sistem sensitif tidak dapat diabaikan. Ancaman orang dalam dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk pencurian data, sabotase, atau pengungkapan informasi rahasia secara tidak sengaja.

Untuk memitigasi risiko ancaman orang dalam, bisnis harus mempertimbangkan penerapan strategi berikut:

  • Menerapkan kontrol akses yang ketat dan prinsip hak istimewa paling rendah untuk membatasi akses karyawan ke data dan sistem sensitif berdasarkan peran dan tanggung jawab mereka.
  • Pantau perilaku karyawan dan deteksi aktivitas mencurigakan atau penyimpangan dari pola perilaku normal yang mungkin mengindikasikan ancaman orang dalam.
  • Memberikan pelatihan dan program kesadaran keamanan siber secara berkala untuk mendidik karyawan tentang pentingnya keamanan data dan potensi konsekuensi dari ancaman orang dalam.

 

Serangan Phishing

 

Serangan phishing terus menjadi taktik yang lazim dan efektif yang digunakan penjahat siber untuk menyusup ke jaringan bisnis dan mencuri informasi sensitif. Berdasarkan Studi PTSecurity pada tahun 2023, hampir setengah (43%) dari seluruh serangan yang berhasil terhadap organisasi menggunakan rekayasa sosial, dengan 79% dari serangan ini dilakukan melalui email, pesan SMS, jejaring sosial, dan aplikasi perpesanan. Penjahat siber sering kali menggunakan karyawan sebagai senjata untuk melawan perusahaan mereka sendiri. Karyawan yang tidak menyadari bahaya ancaman orang dalam mungkin secara tidak sengaja membahayakan perusahaan.

Untuk bertahan dari serangan phishing, bisnis harus mengambil langkah proaktif berikut:

  • Menerapkan solusi keamanan email untuk mencegah spoofing email dan domain tiruan.
  • Mendidik karyawan tentang tanda-tanda email phishing, termasuk alamat pengirim yang mencurigakan, kesalahan ejaan dan tata bahasa, dan permintaan informasi sensitif yang tidak terduga.
  • Masuk dengan Autentikan Multi Faktor mungkin memerlukan faktor-faktor seperti kata sandi satu kali yang dikirim melalui SMS ke ponsel Anda, token keamanan, atau verifikasi biometrik — yang semuanya lebih sulit, bahkan tidak mungkin, untuk ditembus oleh penjahat siber.

 

Kerentanan Pihak Ketiga

Kerentanan Pihak Ketiga telah muncul sebagai risiko keamanan siber yang signifikan bagi dunia usaha, khususnya di sektor-sektor yang bergantung pada jaringan pihak ketiga. Pada tahun 2024, penjahat siber semakin menargetkan pihak ketiga untuk menyusup ke jaringan bisnis, mengeksploitasi kerentanan, dan mengkompromikan data sensitif.

Untuk meningkatkan keamanan pihak ketiga, bisnis harus mempertimbangkan praktik terbaik berikut:

  • Melakukan penilaian risiko vendor secara menyeluruh untuk mengevaluasi postur keamanan siber pemasok pihak ketiga dan penyedia layanan.
  • Menetapkan persyaratan kontrak dan standar keamanan untuk vendor pihak ketiga, termasuk perlindungan data dan kewajiban respons insiden.
  • Menerapkan langkah-langkah transparansi pihak ketiga, seperti pemetaan dan pemantauan, untuk mengidentifikasi dan memitigasi potensi risiko dan ketergantungan.

 

Zero-Day Exploits and Advanced Persistent Threats (APTs)

Zero-day exploits and advanced persistent threats (APTs) mewakili beberapa ancaman siber paling canggih dan sulit dipahami yang dihadapi dunia usaha pada tahun 2024. Serangan-serangan ini memanfaatkan kerentanan yang sebelumnya tidak diketahui atau taktik canggih untuk menyusup ke organisasi sasaran, menghindari deteksi, dan mempertahankan akses terus-menerus ke sistem dan data sensitif.

Untuk mempertahankan diri dari Zero-Day Exploits dan APT, dunia usaha harus mengadopsi pendekatan berlapis terhadap keamanan siber, termasuk strategi berikut:

  • Tetap waspada terhadap ancaman dan kerentanan yang muncul dengan memantau umpan intelijen ancaman, saran keamanan, dan laporan industri.
  • Menerapkan patching perangkat lunak dan praktik manajemen kerentanan secara tepat waktu untuk mengatasi kerentanan keamanan yang diketahui dan mengurangi risiko eksploitasi.
  • Menerapkan kemampuan deteksi dan respons ancaman tingkat lanjut, seperti penerapan EDR dan analisis jaringan, untuk mendeteksi dan memitigasi Zero-Day Exploits dan APT.

 

Kesimpulan

Saat kita menghadapi lanskap keamanan siber yang kompleks dan terus berkembang pada tahun 2024, dunia usaha harus tetap waspada dan proaktif dalam mempertahankan diri dari ancaman yang muncul. Dengan memahami ancaman utama keamanan siber yang dihadapi dunia usaha, menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat, dan menumbuhkan budaya kesadaran keamanan siber, organisasi dapat memitigasi risiko, melindungi data sensitif, dan melindungi operasi mereka dari ancaman siber.

IFCG berkomitmen untuk membantu dunia usaha mengatasi tantangan-tantangan ini dan membangun strategi keamanan siber yang tangguh untuk mengamankan aset digital dan menjunjung tinggi kepercayaan di dunia yang semakin saling terhubung. Hubungi Kami untuk berkonsultasi dengan tim ahli kami!